Sesuai dengan namanya, “Kebontunggul” menyimpan makna spiritual harapan besar terhadap pengelolaan potensi tata ruang dan waktu yang diilhami oleh sebuah keniscayaan nilai-nilai tindakan atau upaya kegiatan yang pernah ada desa.
Risalah nama dahulunya adalah “Kebondalem Penunggulan”, filosofi harfiah adalah ; “Kebon=Pekarangan atau tempat”, “dalem=rumah atau kepemilikan di” dan “Penunggulan=Selalu Unggul atau kesesuaian dengan ketokohan Ki Gedhe Tunggul Manik”. Meniti tapak tilas “situs” dari legenda Ki Gede Tunggul Manik seorang pembesar ahli tata ruang di Kraton Majapahit, ini dapat terlihat dari benda peninggalan pada jaman Kerajaan Majapahit, tersisa adanya potensi beberapa tanda peninggalan relief batu merah kuno dan terakota yang tersebar di Dusun Jemanik hingga situs Pakem dan Umpak di Desa Kemasantani melalui susur sungai Jemanik arah Talang Desa Gumeng, terhadap pemukiman Kebontunggul, bahwa sesuai dengan mayoritas warganya yang berkebun, bercocok tanam dengan hasil panen yang selalu melimpah. Sejak itulah keberhasilan dan tiap kejadian dikisahkan turun temurun oleh 3 (tiga) generasi kepemimpinan Kepala Desa satu silsilah keluarga besar (1924 -1935 ; Niti Soedirjo, 1946 – 1989 ; Tjokro Dihardjo, dan 2007 – sekarang ; Siandi, SH., MM.) pelestarian “Kebontunggul” menjadi simbul yang memotivasi prospek masa depan Desa Unggul di Tlatah Majapahit.
Mojokerto memiliki kekuatan potensi produk unggulan utamanya dari sektor pengelolaan pertanian dan ketersediaan sumber daya alam. Kekuatan potensi produk unggulan khas Mojokerto ini ditampilkan dari hasil pembangunan dengan pendekatan pengembangan Desa Model secara terpadu salah satunya adalah Desa Kebontunggul Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
Dipilihnya desa berpenduduk 1682 jiwa untuk mewakili Propinsi Jawa Timur sebagai desa perintis kawasan Agrowisata Berbasis Toga Tingkat Nasional sesuai dengan tersedianya kekayaan dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta potensi sosial budaya yang dimiliki desa ini. Upaya untuk membangun dan mengembangkan Desa Kebontunggul agar memiliki daya tarik wisata harus terus menerus dilakukan melalui pendekatan keterpaduan yang berdimensi pendampingan dan pemberdayaan.
HISTORISASI LEMBAH MBENCIRANG
Keberanian ikhtiar berupaya menyenangkan masyarakat melalui optimalisasi Bumdes
Mewujudkan Desa yang mempunyai kekuatan secara ekonomi, budaya dan sosial melalui pendekatan pembangunan dan pemberdayaan Desa merupakan gambaran mengenai Desa Mandiri. Muatan strategis UU Desa menuju Desa mandiri bertumpu pada tigadaya yakni berkembangnya kegiatan ekonomi Desa dan antar Desa, makin kuatnya sistem partisipatif Desa, serta terbangunnya masyarakat di Desa yang kuat secara ekonomi dan sosial-budaya serta punya kepedulian tinggi terhadap pembangunan serta pemberdayaan Desa. (Lendy T. Wibowo).
Tigadaya tersebut selaras dengan Konsep yang disampaikan Prof. Ahmad Erani Yustika selaku Plt Sekjen Kemendesa pada beberapa kesempatan, bahwa membangun Desa dalam konteks UU No 6 Tahun 2014 setidaknya mencakup upaya-upaya untuk mengembangkan keberdayaan dan pembangunan masyarakat Desa di bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan. Konsep tersebut dikenal dengan istilah “Lumbung Ekonomi Desa, Lingkar Budaya Desa, dan Jaring Wira Desa”. Pada pelaksanaan Dana Desa Tahun 2017, Kementerian Desa PDTT telah mengeluarkan Peraturan Menteri Desa PDTT No 22 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penggunaan Dana Desa tahun 2017 yang terfokus pada prioritas Bidang Pembangunan Desa dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Mengacu pada Permendesa PDTT Nomor 4 Tahun 2017 lebih jelas dan detail pengaturan penggunaan Dana Desa pada 4 hal yakni : Pembangunan Embung Desa, Program Produk Unggulan Desa atau Kawasan Perdesaan, Pengembangan Bumdesa dan Bumadesa serta Pembangunan Sarana Prasarana Olahraga.
Setidaknya ruh dan subtansi inilah menjadi pedoman dan semangat bagi Kepala Desa Bapak Siandi, S.H., M.M beserta Perangkat Desa dalam mewujudkan kemandirian desa melalui pengembangan badan usaha milik desa (Bumdesa) yang telah berdiri sejak sebelum UUDesa terlahir. Di tahun 2017 ini, Pemdes Kebontunggul dengan dibantu oleh Tim Insan Kamil Institute, Perguruan Tinggi dan Pendamping Desa merealisasikan impian untuk melahirkan unit usaha bumdesa di bidang pariwisata.
Dalam rangka perwujudan unit usaha pariwisata perdesaan, maka Desa telah melalui proses yang cukup panjang yang diawali dengan musyawarah desa sosialisasi, tahap perencanaan dan pelaksanaan sampai dengan Grand Opening yang dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2017. Sumber dana dari Dana Desa yang digunakan melalui mekanisme P-APBDesa Tahun 2017 hanya sebesar Rp. 250.000.000 untuk mewujudkan pariwisata berbasis alam dan kearifan lokal dalam bentuk Wisata Edukasi Terpadu “Lembah Mbencirang”.
Mbencirang sendiri diambil dari nama tempat yang memiliki tipologi alam seperti lembah, untuk menuju Mbencirang harus melewati jurang landai yang dikenal masyarakat dengan nama Jurang Menyek. Mbencirang sendiri berada di kaki Alas Wedok yang dikelola oleh Perhutani. Istilah Mbencirang diambil dari cerita masyarakat bahwa konon terdapat gadis cantik yang tidak berkenan di jodohkan orang tuanya lalu meninggalkan rumahnya dan menghilang di Alas Wedok namun sebelum masuk hutan, gadis tersebut sempat menangis seperti meraung-raung dengan perasaan benci sehingga tempat tersebut dinamai Lembah Mbencirang .
Mendasar pada Peraturan Desa Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pengembangan Desa Wisata maka pariwisata Lembah Mbencirang lebih kurang akan terdapat fitur wisata yang menyenangkan terdiri dari :
Wahana permainan anak dan dewasa, disini pengunjung akan dimanjakan dengan aneka permainan tradisional untuk anak dan dewasa.
Spot Selfie, banyak titik unik dan menarik yang menjadi daya pikat untuk unjuk selfie yang instagramable.
Arena Outbond, ragam fasilitas outbound seperti flying fox, sepeda gantung dsb ada disini.
Wahana Edukasi Pertanian, di wahana ini pengunjung akan berbagi pengalaman dalam mengenal dunia pertanian.
Kulineri Tradisional, masaakan perdesaan selalu diminati dan membuat rindu siapa saja maka disini pengunjung akan dimanjakan dengan menu kuliner yang tradisional dan ala perdesaan.
Kolam renang sefie, kolam renang ini sedang digandrungi khususnya para muda. Tak hanya berenang, namun bisa mengekspresikan gaya di dalam kolam renang. Dan, kolam ini sedang proses pembangunan.
Homestay dan Life-In, merupakan paket menginap dan menikmati kehidupan masyarakat perdesaan. Konsep ini menarik sekali untuk warga perkotaan.
Dan tentu banyak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar